Gunung Agung dari Dimensi Sains dan Metafisika Hindu

Sumber: Google Earth (CNES and Airbus Image)
        Pandangan universal, alam semesta memiliki kodrat dinamika yang tiada henti. Penciptaan, pemeliharaan dan peleburan dalam skala waktu yang begitu amat panjang dan manusia hanya memiliki dimensi kecil di dalamnya. Mengingat umur bumi saja, jika disederhanakan menjadi 45 tahun, manusia baru ada dua hari yang lalu. Melihat semua hal itu, manusia dengan akalnya merunut fenomena-fenomena tersebut dengan pendekatan-pendekatan ilmiah terkait dengan masa/waktu geologi. Mulai dari terciptanya teori terciptanya bumi, pergerakan lempeng, fenomena geologi dan geomorfologi yang lebih sederhana yang mengarah pada dinamika alam seperti bencana. Semua itu kita kenal dengan hukum alam semesta atau dalam Hindu disebut Rta Bhuwana. Rta Bhuwana adalah kodrat alam yang tidak bisa diintervensi oleh manusia.
       Cakupan yang lebih sempit, Indonesia memang banyak memiliki sebutan. Zambrud Khatulistiwa, Negara kepulauan terbesar di dunia, Ring of Fire serta supermarket bencana. Kodrat Indonesia dilihat dari letaknya mengandung potensi dan membawa ancaman. Setiap bencana alam dapat terjadi di Indonesia. Gempa bumi, gunung erupsi, banjir, longsor, kebakaran hutan, angin puting beliung, tsunami, dll. dapat terjadi kapanpun. Muaranya adalah masyarakat dengan pemerintah harus bersinergi mempertangguh diri menghadapi kodrat tersebut.
        “Jaen Hidup di Bali”, itulah kata yang menyiratkan salah satu pulau tercantik di Indonesia. Iklim, air, gunung, danau dan pantai mendukung kehidupan masyarakat menuju arah kesejahteraan. Namun, belakangan ini fokus masyarakat Bali mengarah pada gejala-gejala akan erupsinya Gunung Agung. Banyak pandangan bermunculan baik dari segi spiritual (metafisika), sains, pandangan kemanusiaan dan ekonomi (untung rugi). Kegiatan-kegiatan pra-bencana tanpa dikomandoi berjalan dengan baik. Masyarakat Karangasem yang tinggal di area/zona bahaya telah berduyun-duyun dievakuasi menuju tempat pengungsian. Masyarakat dengan giat melakukan penggalangan dana. Bahkan Presiden memberikan perhatiannya dengan datang langsung ke beberapa posko pengungsian.
        Bencana alam khususnya erupsi gunung berapi memang memakan waktu yang sangat lama. Bukan seperti bisul pada manusia yang bisa pecah 1 atau 2 minggu, tapi bisa saja sampai berbulan-bulan. Gempa yang terjadi begitu sering menandakan magma merangsek keluar mempenetrasi permukaan mencari jalannya keluar. Tetap siaga dan waspada adalah usaha terbaik sembari diiringi doa agar kejadian ini tidak merenggut korban yang begitu banyak. Pada akhirnya, setiap bencana akan membawa berkah. Erupsi gunung berapi akan mebangun solidaritas dan rasa kemanusiaan. Tanah akan semakin subur, bahan baku pasir dan koral melimpah.