SYARAT BIAYA DAN CARA MEMBUAT SIM C BARU

SIM (Surat Izin Mengemudi) dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kendaraan bermotor yang anda gunakan. SIM C adalah SIM khusus untuk pengguna sepeda motor. SIM C juga dibagi menjadi 3, yaitu SIM C, SIM C I dan SIM C II. SIM C biasa diperuntukkan bagi pengendara yang menggunakan sepeda motor yang memiliki cc (cylinder capacity) dibawah 150. Sedangkan SIM C I dan C II masing-masing diperuntukkan bagi pengendara sepeda motor ber cc antara 150 - 500 cc dan > 500 cc. Berdasarkan pengalaman penulis, berikut mekanisme, biaya dan kronologi untuk mendapatkan SIM C.
Ada 3 jenis tes/seleksi yang harus dilalui untuk mendapatkan SIM. Seleksi tersebut adalah berupa seleksi administrasi, tes tulis/computer dan tes praktik.
a. Seleksi Administrasi
Pemohon SIM harus mengurus SIMnya sendiri. Pemohon umurnya tidak boleh kurang dari 17 tahun. Pada seleksi administrasi yang perlu dipersiapkan adalah:
1. Fotocopy KTP yang masih berlaku (biaya Rp 2.000)
2. Surat Keterangan Sehat (biaya Rp 25.000/lembar sesuai keperluan)
Surat Keterangan Sehat bisa anda dapatkan di apotek ataupun puskesmas dan rumah sakit terdekat dengan rumah anda. Biasanya setiap instansi menarik tarif yang berbeda. Hal yang perlu ada persiapkan tidak banyak. Pada tes kesehatan yang dilalui hanya tes buta warna, menimbang berat badan, tinggi badan, dan golongan darah (apabila tidak tau tidak apa). Setelah melewati proses tersebut, maka akan terbit Surket Kesehatan yang ditandatangani oleh dokter atas nama anda.
3. Surat Keterangan Sehat Secara Psikologis (biaya Rp 90.000)
Menurut penulis, surat keterangan ini sangat diperlukan oleh calon pengemudi. Surat keterangan ini menunjukkan emosi dan kedewasaan seorang calon pengendara nantinya. Melalui gambaran tersebut, maka kapasitas pengemudi dianggat baik. Saat ingin mendapatkan surat keterangan ini, anda hanya perlu menunjukkan KTP Asli. Selanjutnya anda akan diberikan kertas dengan kolom identitas anda dan ruang kosong pada bagian bawahnya. Anda diminta untuk menggambarkan gambar manusia untuh dari kepala sampai kaki. Penulis kurang tau apa yang ingin dibaca dari gambar tersebut oleh dokter, tetapi penulis mengerjakan sesuai syarat. Penulis menggambar seorang laki-laki dengan pakaian lengkap disertai sepatu. Setelah disetor, ternyata kesimpulannya penulis sehat secara psikologis. Sebelum meninggalkan ruang praktik, penulis membayar sejumlah Rp 90.000. Selain itu, penulis juga ditawari selembar map merah seharga Rp 2.000 yang katanya bisa dipakai mencari SIM.
Fotocopy KTP, Surat Keterangan Sehat, dan Surat Keterangan Sehat Secara Psikologis berada di dalam map merah, penulis bergegas datang ke Polres. Setelah sampai di Polres, penulis memarkir sepeda motor dan menuju ke Gedung tempat SIM dikeluarkan. Adapun tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut.

1. LOKET I
PENDAFTARAN
Loket I merupakan loket pendaftaran, Map merah yang penulis bawa diserahkan kepada petugas. Petugas menanyakan jenis SIM apa yang akan dibuat. Penulis menjawab SIM C Baru. Baru artinya baru buat, tidak memperpanjang. Petugas menjepret syarat yang ada di dalam map dan memberikan formulir seperti gambar di bawah ini. Selama kurang dari 5 menit akhirnya penulis selesai mengiput data, kemudian kembali diserahkan ke petugas di Loket 1. Petugas memberikan nomor antrean dan name tag seperti gambar di bawah.


2. RUANG TUNGGU
Mau tidak mau, anda harus masuk ke ruang tunggu. Pada saat penulis membuat SIM. Hampir ada 75 orang yang sudah mengantri. Mereka ada yang memperpanjang dan ada juga yang membuat SIM baru. Tempat duduk penuh, sehingga penulis menunggu berdiri hamper selama 30 menit. Ada 2 orang ibu-ibu yang mungkin bersahabat juga mengalami nasib yang sama dengan penulis. Penulis melihat di poster yang ditempel, standar waktu penerbitan SIM dan pelaksanaan untuk SIM C Baru adalah 120 menit. Berdasarkan informasi tersebut, penulis ingin membuktikan apakah standar tersebut tercapai atau tidak pada penulis.



3. LOKET II
UJIAN TEORI AVIS/SIMULATOR
Setelah dipanggil, sebelum memasuki Loket II penulis cukup bingung karena dipanggil terlebih dahulu ke Loket III. Ternyata, sebelum tes teori penulis didata terlebih dahulu. Proses yang dilalui adalah (1) difoto (2) scan sidik jari dan (3) input tanda tangan digital. Kemudian baru penulis dipanggil di Loket II. Loket II merupakan loket yang cukup menakutkan karena penulis akan menghadapi tes teori. Penulis hanya belajar kurang dari 1 jam sebelum membuat SIM. Sungguh mengandalkan keberuntungan juga. Tes dimulai, hamper 12 peserta sudah berhadapan dengan computer termasuk penulis. Petugas menjelaskan cara mengerjakan soal dikarenakan tes sudah berbasis computer dan online. Nilai langsung muncul ketika selesai tes.
Substansi tes banyak mengenai simuasi berkendara. Marka jalan seperti garis putus-putus dan sikap mengendara banyak terlihat. Soal hanya berjumlah 30 butir dan calon penerima SIM hanya memilih 1 dari 2 pilihan jawaban yaitu antara BENAR atau SALAH. Contohnya: pada computer ditayangkan pengendara yang tidak memakai helm, kemudian ditanyakan apakah pengendara tersebut benar atau salah. Tentunya penulis menjawab SALAH. Begitu seterusnya sampai pertanyaan ke-30 berhasil penulis jawab. Dari 15 menit waktu yang disediakan, penulis menyisakan hampir 4 menit.
Raut muka penulis tiba-tiba tegang, menengok ke peserta lain raut mereka juga tidak kalah tegang dengan penulis. Tiba-tiba nilai muncul di desktop penulis. Angka 90 tertera dan rasa syukur terucap di hati penulis. Dari 12 peserta, penulis hanya melihat hanya 2 peserta yang menuju proses selanjutnya. Sungguh saying sekali nasib Ibu-ibu yang penulis sempat ajak berbincang sebelumnya. Penulis doakan agar tes di lain kesempatan mereka sukses.


4. UJIAN PRAKTIK
Proses selanjutnya adalah tes praktik. Penulis keluar dari gedung dan menuju lapangan tempat ujian praktik bersama salah satu peserta lain yang lolos. Di lapangan sudah menunnggu 3 petugas yang sangat ramah. Habis menelpon salah satu petugas terdengar membanting hp di meja. Setelah ditanya ternyata tangan petugas selip. Penulis kira petugasnya tempramen. Hahaha…..
Salah satu petugas memberikan formulir penilaian untuk diisi identitas. Selanjutnya formulir kembali diserahkan untuk diisi kemampuan mengendara peserta. Sebelum praktik, petugas mencontohkan cara mengendara. Kendaraan yang dipakai adalah sepeda motor manual. Penulis kurang ingat apa merk kendaraan tersebut. Rintangan yang dilalui ada 3 yaitu (1) sigsag, lintasan angka delapan, dan tikungan U. Penulis melewati tes dengan lancar, strateginya adalah tetap berhati-hati. Jangan sampai saat tes kaki menyentuh tanah.

LOKET III
FOTO SIM/PENYERAHAN SIM
Sebelum menuju ke ruang penyerahan SIM, penulis terlebih dahulu membayar ke loket BRI sejumlah Rp 100.000, tidak lama nama penulis sudah dipanggil oleh petugas yang sangat cantic. Akhirnya SIM C sudah penulis pegang. Penulis mengembalikan nametag peserta pemohon SIM dan bergegas pulang.

Demikian yang dapat penulis share terkait pengalaman membuat SIM C. Semoga pembaca yang ingin membuat SIM terbantu dengan tulisan ini. Jika ada salah kata mohon dikoreksi. Akhir kata ada beberapa tulisan di dinding gedung yang penulis baca:
“ANDA MEMASUKI AREA BEBAS CALO”
“URUS SIM SENDIRI JANGAN MELALUI CALO”
“LOKET INI TIDAK DIPUNGGUT BIAYA”
JANJI LAYANAN: “PELAYANAN CEPAT, TEPAT, TRANSPARAN, AKUNTABEL, DAN HUMANIS”

                                                           TERIMA KASIH