KLASIFIKASI IKLIM

C. KLASIFIKASI IKLIM
1. Pembagian iklim menurut Thornthwaite (1933) bertujuan mengklasifikasikan iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas. Unsur lain seperti angin, sinar matahari atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Pemahaman yang lebih baru tentang klasifikasi iklim adalah dengan melihat hubungan sistematik antara unsur iklim dan pola tanaman. Untuk lebih jelasnya tipe iklim sebagai berikut:

a. Iklim Matahari 
Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
Perhatikan Gambar berikut!
Kedudukan matahari dalam setahun sebagai berikut:
1) Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 00) tanggal 21 Maret.
2) Matahari beredar pada garis balik utara (23½0 LU) tanggal 21 Juni.
3) Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 00) tanggal 23 September.
4) Matahari beredar pada garis balik utara (23½0 LS) tanggal 22 Desember.
Berdasarkan peredaran matahari serta kedudukan matahari dalam satu tahun maka daerah iklim di muka bumi dibagi menjadi 4 daerah iklim yaitu:
1) Iklim tropis terletak antara 23½0 LU - 23½0 LS, bercirikan temperatur selalu tinggi dan curah hujan tinggi.
2) Iklim subtropis terletak antara 23½0 LU – 350 LU dan 23½0 LS – 350 LS, bercirikan tekanan udara tinggi dan kering serta banyak dijumpai gurun pasir.
3) Iklim sedang terletak antara 350 LU – 66½0 LU dan 350 LS – 66½0 LS, bercirikan adanya musim semi, panas, gugur dan dingin.
4) Iklim kutub terletak antara 66½0 LU – 900 LU dan 66½0 LS – 900 LS, bercirikan temperature rendah.


b. Iklim Koppen 
W. Koppen membagi iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur baik bulanan dan tahunan. Koppen membagi permukaan bumi menjadi 5 golongan iklim:

1) Iklim A : Iklim hutan tropis, terik dalam seluruh musim Daerah yang tergolong iklim ini mempunyai temperatur bulan terdingin lebih besar dari 180 C (640 F).
Golongan iklim ini dikelompokkan dalam tiga bagian:
a) Iklim hutan hujan tropis (Af)
Terik, hujan dalam seluruh musim, pada bulan terkeringnya mempunyai curah hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm.
b) Iklim muson tropis (Am) Terik, hujan berlebihan secara musiman, jumlah curah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulanbulan kering sehingga pada daerah ini masih terdapat hutan yang sangat lebat.
c) Iklim savanna tropis (Aw) Terik, kering secara musiman, biasanya dalam musim dingin. Jumlah curah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering sehingga yang ada hanyalah padang rumput dengan pohon-pohon yang jarang.

2) Iklim B atau iklim kering Jumlah curah hujan sedikit, sedangkan penguapan tinggi. Golongan iklim ini dibagi menjadi 4 bagian:
a) Iklim stepa tropis (Bsh) agak kering, terik.
b) Iklim stepa lintang tengah (Bsk) agak kering, dingin atau sangat dingin.
c) Iklim gurun tropis (Bwh) kering, terik.
d) Iklim gurun lintang tengah (Bwk) kering, dingin atau sangat dingin.

3) Iklim C atau iklim hujan sedang, panas, musim dingin yang sejuk. Daerah yang tergolong iklim ini rata-rata bulan terdingin mempunyai temperatur lebih besar -30 C tetapi lebih kecil dari 180 C (640 F) serta rata-rata temperatur bulan terpanas lebih besar 100 C (500 F). golongan iklim ini terbagi menjadi 7 bagian:
a) Iklim subtropis lembab (Cfa) musim dingin yang sejuk, lembab dalam seluruh musim, musim panas yang panjang dan terik.
b) Iklim marin (Cfb) musim dingin yang sejuk, lembab dalam seluruh musim, musim panas yang panjang.
c) Iklim marin (Cfc) musim dingin yang sejuk, lembab dalam seluruh musim, musim panas yang pendek dan dingin.
d) Iklim mediteranean pedalaman (Csa) musim dingin yang sejuk, musim panas yang kering dan terik.
e) Iklim mediteranean pantai (Csb) musim dingin yang sejuk, musim panas yang kering, pendek dan panas.
f) Iklim monsoon subtropics (Cwa) musim dingin yang sejuk dan kering, musim panas yang terik.
g) Iklim tanah tinggi tropis (Cwb) musim dingin yang sejuk dan kering, musim panas yang pendek dan panas.

 4) Iklim D atau iklim hutan salju, musim dingin yang sangat dingin Daerah yang tergolong iklim ini mempunyai temperatur rata-rata bulan terdingin kurang dari -30 C (270 F) dan rata-rata bulan terpanas tidak lebih dari 100 C (500 F).
Golongan iklim ini terbagi menjadi 8 bagian:
a) Iklim daratan lembab (Dfa) musim dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang panjang dan terik.
b) Iklim daratan lembab (Dfb) musim dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek dan panas.
c) Iklim subartik (Dfc) musim dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek dan dingin.
d) Iklim subartik (Dfd) musim dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek.
e) Iklim daratan lembab (Dwa) musim dingin yang sangat dingin dan kering, musim panas yang panjang dan terik.
f) Iklim daratan lembab (Dwb) musim dingin yang sangat dingin dan kering, musim panas yang panas.
g) Iklim subartik (Dwc) musim dingin yang sangat dingin dan kering, musim panas yang pendek dan dingin.

5) Iklim E atau iklim kutub Daerah yang tergolong iklim ini mempunyai temperatur rata-rata bulan terpanas kurang dari 100 C (500 F).
Golongan iklim ini dibagi menjadi 2 bagian:
a) Iklim tundra (ET) musim panas yang sangat pendek.
b) Iklim es kekal atau iklim salju (EF) Contoh: Misalnya, jumlah hujan Kota Malang pada bulan terkering yakni bulan September sebesar 4,1cm. Jumlah hujan selama satu tahun sebesar 186,3 cm. Apakah tipe iklim Kota Malang menurut W. Koppen? Jawab: Membuat diagram iklim Koppen


Berdasarkan diagram di atas, maka tipe iklim Kota Malang menurut Koppen adalah Am karena perpotongan antara jumlah pada bulan terkering dengan jumlah hujan setahun berada pada petak tipe iklim Am.


c. Iklim Schmidt-Ferguson 
Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Untuk menentukan jenis iklimnya Schmidt-Ferguson menggunakan harga perbandingan Q yang didefinisikan sebagai berikut: Q = (rata-rata bulan kering)/(rata-rata bulan basah) = 100% Bulan basah curah hujan > 100 mm Bulan lembab curah hujan 60 – 100 mm Bulan kering curah hujan < 100 mm Tiap tahun pengamatan, dihitung jumlah bulan kering dan bulan basah, kemudian di rata-rata selama periode pengamatan. Dari harga Q yang ditentukan kemudian Schmidt-Ferguson menentukan jenis iklimnya yang ditandai dengan iklim A sampai H sebagai berikut:
1) Iklim A sangat basah Q = 0 – 0,143
2) Iklim B basah Q = 0,143 – 0,333
3) Iklim C agak sedang Q = 0,333 – 0,600
4) Iklim D sedang Q = 0,600 – 1,000
5) Iklim E agak kering Q = 1,000 – 1,670
6) Iklim F kering Q = 1,670 – 3,000
7) Iklim G sangat kering Q = 3,000 – 7,000
8) Iklim H luar biasa kering Q = >7,000

Diagram iklim menurut Schmidt dan Ferguson


d. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman hanya memakai unsure hujan atau didasarkan atas kebutuhanair dan hubungannya dengan tanaman pertanian. Jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan.
1) Bulan basah curah hujan > 200 mm
2) Bulan Lembab curah hujan 100 – 200 mm
3) Bulan kering curah hujan < 100 mm
Dalam metode ini bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam, jika kurang dari 3 bulan basah berurutan maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Klasifikasi iklim Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:
1) Iklim A bulan basah > 9 bulan berurutan
2) Iklim B bulan basah 7 – 9 bulan berurutan
3) Iklim C bulan basah 5 – 6 bulan berurutan
4) Iklim D bulan basah 3 – 4 bulan berurutan
5) Iklim E bulan basah < 3 bulan berurutan

e. Iklim Junghuhn 
Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan atas ketinggian tempat dan jenis tumbuh-tumbuhan. Perhatikan gambar di bawah ini!



Pembagian iklim menurut Junghuhn adalah sebagai berikut:
1) Zona panas terletak pada ketinggian 0 – 700 meter dengan temperature 26,30C – 220C, pada zona ini tanaman yang cocok adalah padi, jagung, tebu, kelapa, karet, kopi. 
2) Zona sedang terletak pada ketinggian 700 – 1.500 meter dengan temperatur antara 220C – 17,10C, pada zona ini tanaman yang cocok adalah teh, kina, bunga-bungaan dan sayuran.
3) Zona sejuk terletak pada ketinggian 1.500 – 2.500 meter dengan temperatur antara 17,10C – 11,10C, pada zona ini tanaman yang cocok adalah teh, kopi dan kina. 
4) Zona dingin terletak pada ketinggian lebih dari 2.500 meter dengan temperatur kurang dari 11,10, pada zona ini tanaman yang ada hanyalah lumut.


3. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

a. Perubahan Iklim Global 
Perubahan Iklim adalah suatu keadaan dimana pola iklim dunia berubah. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibatnya akan mengacaukan arus dingin dan panas, maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis.
b. Hubungan antara Gas Rumah Kaca, Pemanasan Global, Perubahan Iklim 
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi yang disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Demikian juga dengan Bumi, Bumi hangat karena ada GRK yang menangkap panas yang dipantulkan Bumi dan memberikan ERK sehingga Bumi menjadi hangat. Pada saat Bumi hangat, terjadi kesetimbangan aliran panas yang ada di Bumi akibat radiasi sinar Matahari. Mekanisme kesetimbangan radiasi Sinar Matahari ini dapat dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini. Seluruh radiasi matahari yang menuju ke permukaan bumi. sepertiganya dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan oleh permukaan bumi Pemantulan oleh atmosfer terjadi karena adanya awan dan partikel yang disebut aerosol. Keberadaan salju, es dan gurun memainkan peranan penting dalam memantulkan kembali radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi.



Dua pertiga radiasi yang tidak dipantulkan, besarnya sekitar 240 Watt/m2, diserap oleh permukaan bumi dan atmosfer. Untuk menjaga kesetimbangan panas, bumi memancarkan kembali panas yang diserap tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipancarkan oleh bumi diserap oleh gas-gas tertentu di dalam atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Selanjutnya gas rumah kaca meradiasikan kembali panas tersebut ke bumi. Mekanisme ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca inilah yang menyebabkan suhu bumi relatif hangat dengan rata-rata 140C, tanpa efek rumah kaca suhu bumi hanya sekitar -190C. Sebagian kecil panas yang ada di bumi, yang disebut panas laten, digunakan untuk menguapkan air. Panas laten ini dilepaskan kembali ketika uap air terkondensasi di awan.

c. Dampak Perbedaan Cuaca dan Iklim Terhadap Kehidupan Masyarakat
Adanya perbedaan cuaca atau iklim dari satu tempat ke tempat lain dapat berpengaruh terhadap kegiatan masyarakat. Pengaruh tersebut antara lain pada pola pakaian, bentuk rumah, dan pekerjaan. Perbedaan cuaca atau iklim di pengaruhi oleh perbedaan tempat, semakin ke arah gunung (tempat tinggi) udara akan semakin dingin dan curah hujan semakin besar. Semakin ke arah dataran rendah maka suhu akan semakin panas demikian juga curah hujan akan semakin kecil.
1) Pengaruh Terhadap Pakaian Masyarakat yang hidup di daerah tropik, terutama yang tinggal di daerah pantai atau dataran rendah biasanya menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini panas. Di daerah gunung atau tempat tinggi suhu udaranya dingin untuk itu memerlukan pakaian yang umumnya tebal agar tubuh tetap hangat. Di daerah beriklim sedang pada musim dingin perlu pakaian yang tebal bahkan hampir menutup seluruh tubuh, tetapi pada musim panas mereka dapat menggunaan pakaian yang tipis.
2) Pengaruh Terhadap Bentuk Rumah Rumah-rumah yang ada di daerah pantai atau dataran rendah daerah tropis, biasanya banyak ventilasinya, genting terbuat dari tanah. Pada daerah pegunungan yang tinggi yang suhunya dingin, maka biasanya rumah mempunyai ventilasi yang sedikit dan atapnya banyak terbuat dari seng. Di daerah sedang, rumah hanya sedikit membutuhkan ventilasi bahkan pada saat musim dingin mereka memerlukan penghangat. Agar ruangan tetap hangat mereka menggunakan tungku penghangat atau heater (mesin pemanas).
3) Pengaruh Terhadap Pekerjaan Masyarakat di daerah pantai memanfaatkan cuaca yang berupa angin untuk melakukan penangkapan ikan di laut. Hal ini dilakukan oleh masyarakat yang tradisional, yaitu memanfaatkan angin darat untuk melaut dan memanfaatkan angin laut untuk mendarat. Pada nelayan modern, mereka sudah tidak terpengaruh oleh cuaca, karena mereka dapat menggunakan perahu bermotor. Masyarakat di daerah dataran rendah memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah pertanian. Masyarakat di daerah pegunungaan banyak memanfaatkan lahan pertaniaan untuk perkebunan atau tanamaan sayur-sayuran. Hal ini disebabkan oleh suhu udara yang dingin sehingga cocok untuk tanaman sayuran maupun tanaman perkebunan.


Bagi siswa yang ingin mendapatkan nilai, silahkan kerjakan Teka Teki Silang yang sudah Pak sediakan di bawah.
Cara Menjawab:
1. Kerjakan "teka teki silang sampai selesai"
2. Jika telah yakin selesai,
    Klik

3. Masukkan No Absen, Kelas dan Nama Lengkap