Tenis Meja (Table Tennis) #1


Sumber: Dokumentasi Pribadi (PTM Gangsing)

Napak Tilas Tenis Meja

Bentuk olah raga tenis meja yang sekarang kita kenal, sangat berbeda sekali dengan saat permulaan orang memainkannya. Tenis meja mulanya dikenal sebagai sarana hiburan ringan bagi masyarakat, tidak ada aturan yang bersifat baku/resmi tentang ukuran lapangan, pemukul, jaring/net, bola, serta perlengkapan-perlengkapan lainnya. Tetapi yang jelas tenis meja ini berasal dari permainan Lawn tennis kuno, dan bersama badminton, permainan ini populer di Inggris pada pertengahan ke dua abad 19.

Pada waktu tersebut orang menyebutnya dengan sebutan permainan "PING PONG” yang berasal dari bunyi perkenaan antanra bola dengan meja atau pemukulnya, cara memukulnyapun sama dengan permainan tenis lapangan, yaitu boleh dipukul langsung sebelum menyentuh meja (Volley) atau dipukul setelah bola menyentuh meja (Half Volley). Ketidakbakuan aturan ini menyebabkan tenis meja dianggap sebagai sekedar hiburan sehabis makan malam” yang menjadi kegemaran golongan masyarakat tertentu, bukan sebagai olahraga.

Tahun 1903, dari golongan masyarakat tertentu tersebut mulai mengeluarkan peringatan terhadap penggunaan busana lengkap bagi pria dan wanita yang melakukan permainan ini (etika berpakaian), serta mulai dirintisnya pemberian petunjuk teknis mengenai pemukul/bat, pegangan /grip dan taktik permainan.

Tahun 1905-1910, permainan ini menjadi populer di Eropa Tengah dan dengan perubahan-perubahan pada hal tertentu, permainan ini mulai menyebar ke kawasan

Jepang, Cina dan Korea, tetapi mungkin disebabkan ketidakbakuar aturan yang ada, atau terdesak oleh cabang olahraga lain yang lebih elit dan lebih dulu memasyarakat, pingepong mulai memudar penggemarnya di Eropa, hanya di Inggris dan Wales saja yang masih bertahan, ini terjadi pada permulaan tahun dua puluhan.

Dari ungkapan-ungkapan di atas, nampaknya sulit sekali menyebutkan siapa, darimana dan kapan tenis meja ditemukan. Ada sumber lain yang menyatakan, bahwa dari lektur-lektur diketahui, pada akhir abad 19 beberapa perwira di daerah koloni Inggris di Afrika Selatan telah mencoba. Permainan tenis lapangan di atas meja, sebagai rekreasi di waktu luang. Heja yang dipakai tidak ada ketentuannya, jaring/net yang dipakai terbuat dari tali sepatu atau perban yang dikaitkan ujungnya pada kursi yang berada ditengah-tengah kedua sisi meja, pemukulnya terbuat dari kayu yang bentuknya

seperti raket pada tenis lapangan, bolanya memakai bola tenis lapangan, cara memainkannya sama dengan tenis lapangan.

Pada awal abad 20, terjadi perubahan besar-besaran yang meyangkut perubahan nama dari ping-pong berubah menjadi TABLE TENNIS, bola yang digunakanpun bukan dari karet tetapi dari bahan seluloid, hasil dari penemuan insinyur Inggris yang bernama JAMES GIBB. Pada era inilah perkembangan tenis meja melaju dengan pesatnya dengan terbentuknya asosiasi-asosiasi (persatuan) Tenis Meja Nasional, dan standardisasi peraturan mulai disusun.


Perkembangan Tenis Meja di Indonesia

Perkembangan tenis meja di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa dalam menghadapi kolonial Belanda.; Di Indonesia, tenis meja baru dikenal pada tahun 1930, ketika itu pelakunya hagyalah dari kalangan orang-orang Belanda dan kalangan tertentu dari pribumi, seperti para pejabat pribumi serta keluarganya. pelaksanaannya pun hanya terbatas pada balai-balai pertemuan dan masih dianggap sebagai suatu permainan untuk mengisi waktu luang.

Sekitar tahun 1940 banyak didirikan klub ping-pong di lembaga-lembaga tertentu, seperti sekolahan dan kantor pemerintah, sehingga bagi bangsa Indonesia, hanya kalangan tertentu pula yang dapat memainkannya.

Setelah Indonesia merdeka, mulailah terjadi penyebaran permainan ping-pong ke khalayak ramai, dan pada tanggal 5 Oktober 1951, di Surabaya diadakan Kongres I yang menghasilkan berdirinya Persatuan Ping-pong Seluruh Indonesia (PPPSI). Berawal dari sinilah diada Pada tahun 1958, di Surabaya diadakan Kongres Ping-Pong yang menghasilkan keputusan : merubah PPPSI menjadi PTHSI atau Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia.

Pada tahun 1960 PTHSI telah diterima sebagai salah satu anggota TTFA, kemudian pada tahun 1961 PTMSI diterima sebagai anggota penuh dari ITTF. Setelah itu, PTHSI aktif mengikuti kejuaraan-kejuaraan resmi tingkat Asia maupun tingkat dunia, yaitu antara lain :

  1. Tahun 1963 regu putra-putri mengikuti kejuaraan dunia ke 27 di Praha.
  2. Tahun 1965, untuk kedua kalinya mengikuti Kejuaraan Dunia ke 28 di Ljubljana Yugoslavia.
  3. Tahun 1966 sewaktu berlangsungnya Asian Games ke 5 di Bangkok.
  4. Tahun 1967, tim putra dikirim ke Kejuaraan Dunia ke 29 di Stockholm-Swedia.
  5. Tahun 1967, pada kejuaraan Asia ke 8 di Singapura.
  6. Tahun 1968, Indonesia selaku tuan rumah kejuaraan Asia ke 9.
  7. Tahun 1969, untuk ketiga kalinya mengikuti Kejuaraan Dunia ke 30 di Munich-Jerman.
  8. Tahun 1970, mengikuti Kejuaraan Asia di Nagoya-Jepang khusus tim putra.
  9. Tahun 1971, pada kejuaraan dunia ke 31 di Nagoya-Jepang mulai ada peningkatan prestasi.
  10. Tahun 1972, Indonesia kembali menjadi tuan rumah kejuaraan Asia, prestasi yang diraih adalah sebagai runner up untuk tim senior putra/putri dan juara untuk tim yunior putra.
  11. Tahun 1973, Indonesia mengikuti kejuaraan dunia ke 32 di Sarajevo-Yugoslavia.

Keikutsertaan Indonesia pada kejuaraan-kejuaraan resmi terus berlangsung sampai sekarang dengan prestasi yang menunjukkan fluktuasi, hal ini dapat saja terjadi mengingat perkembangan tenis meja di negara-negara lain berlangsung dengan cepat dan penggunaan teknologi canggih untuk mencetak atlitpun digunakan, terutama dalam pemilihan jenis karet pemukul, sarana dan prasarana latihan, proses. latihan dan evaluasinya, serta usaha-usaha pembibitan atlit sejak dini.